Momen puasa dan Lebaran tahun ini menjadi nafas segar bagi pemerintah, terutama Kementerian Perdagangan yang tidak kelimpungan dalam menjaga harga kebutuhan pangan. Namun demikian, di balik “keberhasilan” itu, terdapat sebuah lampu kuning yang perlu diperhatikan secara betul, yakni penurunan daya beli masyarakat.
Stabilitas harga memang dibutuhkan selama momen puasa dan hari raya. Pada momen inilah permintaan sedang dalam kondisi yang tinggi. Penulis melakukan pengamatan pergerakan harga seminggu sebelum puasa dan seminggu sebelum Lebaran di tahun 2016 dan 2017. Pilihan seminggu sebelum Lebaran disebabkan ketersediaan data yang ada.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan penulis dengan menggunakan data tabel harga kebutuhan pokok nasional, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, pada momen puasa dan Lebaran 2017, harga kebutuhan pokok beberapa komoditas lebih stabil dibanding puasa dan Lebaran 2016. Hal ini terlihat dari standar deviasi harga harian beberapa komoditas pokok pada puasa dan Lebaran 2017 yang lebih rendah dari puasa Lebaran 2016. Standar deviasi merupakan ukuran perbedaan nilai sampel terhadap nilai rata-ratanya (harga rata-rata selama puasa-Lebaran). Semakin rendah angkanya, semakin stabil dan sebaliknya.

Bahan kebutuhan pokok yang dihitung standar deviasinya adalah daging sapi, daging ayam broiler, telur ayam ras, beras medium, cabe merah keriting dan cabai merah biasa. Hanya harga daging ayam broiler dan telur yang kurang stabil dibandingkan 2016.

Standar deviasi pada momen Lebaran 2017 lebih tinggi (Rp 457 untuk daging ayam broiler dan Rp 448 untuk telur ayam ras) dibanding momen puasa-Lebaran 2016 (Rp 269 untuk daging ayam dan Rp 258 untuk telur ayam ras). Komoditas lain yakni daging sapi, beras medium, cabai merah keriting dan cabai merah biasa pada momen puasa-Lebaran 2017 harganya lebih stabil dibanding pada momen puasa-Lebaran 2016. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi di momen puasa-Lebaran 2017 yang lebih rendah dibanding momen puasa Lebaran 2016.

Stabilitas harga juga terlihat dari tingkat inflasi bahan makanan pada periode Mei-Juni 2017 yang lebih rendah dibanding periode sama di 2016. Tingkat inflasi bahan makanan di Mei 2016 sebesar 7,76% (yoy) dan Juni 2016 7,77% (yoy). Pada Mei 2017, inflasi bahan makanan sebesar 3,37% (yoy) dan 2,43% (yoy) di bulan Juni 2017.

Stabil tinggi

Meskipun harga lebih stabil, namun terdapat komoditas pokok yang porsi belanja rumah tangganya tinggi, memiliki harga lebih tinggi dibanding momen puasa-Lebaran 2016. Komoditas itu adalah daging sapi dan beras medium. Rata-rata harga daging sapi pada momen puasa-Lebaran 2017 selama masa pengamatan sebesar Rp 115.203 per kg. Harga ini lebih tinggi dibanding dengan harga 2016 sebesar Rp 115.020 per kg.

Komoditas berikutnya adalah beras medium. Rata-rata harga beras medium pada momen puasa-Lebaran 2017 selama masa pengamatan sebesar Rp 10.590 per kg. Harga ini lebih tinggi dibanding harga 2016 sebesar
Rp 10.578 per kg. Untuk empat komoditas lain yakni daging ayam broiler, telur ayam ras, cabe merah keriting dan cabe merah biasa memilik rata-rata harga harian momen puasa-Lebaran 2017 lebih rendah dibanding tahun lalu.

Pertanda apakah ini? Penurunan daya beli jawabannya. Volatilitas harga yang cenderung stabil menunjukkan bahwa “perseteruan” permintaan dan penawaran tidak sekeras tahun lalu. Apabila masyarakat memiliki daya beli tinggi, maka permintaan akan meningkat yang disusul penawaran akan meningkat, harga pun meningkat. Tapi tidak dengan tahun ini. Harga beberapa komoditas pokok, kecuali beras dan daging lebih rendah dari tahun lalu.

Beras menjadi makanan pokok, sehingga permintaannya cenderung akan terus ada. Daging sapi tidak menjadi sasaran konsumen kelas menengah ke bawah, tapi konsumen kelas menengah atas yang memiliki daya beli lebih kuat dibanding kelas menengah ke bawah. Apa yang menyebabkan daya beli turun?

Salah satunya kenaikan harga listrik 900 VA. Hal ini bisa dikonfirmasi melalui angka inflasi untuk perumahan, air, listrik dan bahan bakar bulan Mei 2017 (5,54%, yoy) dan Juni 2017 (6,18%, yoy) lebih tinggi dari periode Mei 2016 (1,26%, yoy) dan Juni 2016 (1,18%, yoy). Angka inflasi kelompok barang ini di Mei-Juni 2017 juga lebih tinggi dibanding kelompok bahan makanan.

Belanja rumah tangga yang harusnya untuk belanja makanan, dialihkan untuk listrik. Itulah kenapa inflasi bahan makanan periode puasa-Lebaran tahun ini lebih rendah dari tahun lalu. Jadi, keberhasilan satgas pangan dalam stabilitasi harga lebih karena faktor penurunan daya beli.

Pernah dimuat di Opini Kontan, Senin 10 Juli 2017.  http://analisis.kontan.co.id/news/di-balik-stabilitas-harga